1.Pengertian Kewirausahaan & Ruang Lingkupnya
1.1. Sejarah Perkembangan Kewirausahaan
Himbauan kepala negara tentang pentingnya upaya-upaya masyarakat menggerakan kreativitas dalam bidang wirausaha, terutama berupa kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan berwira-usaha pada pelbagai lapisan masyarakat, harus disambut dengan baik. Sehingga akan terbentuk suatu lapisan wirausahaan yang tangguh dan besar, baik pada kelas menengah , atas maupun kelas bawah yang dampaknya lebih menjamin kesinambungan stabilitas pembangunan. Artinya pembangunan akan lebih mantap jika ditunjang oleh para wirausahawan.
Kondisi Negara kita dimana semakin banyak orang terdidik, semakin banyak pula orang yang menganggur. Sebaliknya kemampuan pemerintah sangat terbatas. Buat negara kita demi mengatasi pengangguran yang semakin banyak, mau tidak mau, suka tidak suka, harus dilakukan suatu usaha pembukan lapangan wirausaha, juga memasyra-katkan pengetahuan tentang kewira-usahaan.
PBB menyatakan bahwa suatu negara akan berhasil pembangunannya apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya. Jepang dalam angka statistik terakhir, jumlah wirausahawan menengah telah melebihi 2% sedang wirausahawan kecil sebanyak lebih dari 20% dari jumlah penduduknya. Inilah yang menjadikan keberhasilan pembangunan Negara Jepang. Juga di Vietnam
Pada tahun 1970 banyak negara telah berhasil menyusun kurikulum khusus tetang kewirausahaan buat mahasiswa jurusan ekonomi dan manajemennya. Kurikulum ini dimasukan dalam kurikulum inti (core curriculum), sedangkan dinegara kita , kira-kira tahun sembilan puluhan baru mulai diperkenalkan mata kuliah kewirausahaan untuk jurusan ekonomi, baik di lingkungan universitas, sekolah-sekolah tinggi manajemen pada program S1 maupun S2,
Dari aspek tersebut terlihatlah suatu tuntutan zaman. Dimana sejak dini para mahasiswa harus dipersiapkan agar lebih mampu mengambil prakarsa, memacu semangat swadaya dan kreativitas sehingga terbentuk kader-kader kewirausahaan.
Dalam kewirausahaan ada dua pendekatan, pertama bertolak pada pendekatan analisa ilmiah (scientific analysis) berupa tuntunan logika rasional. Kedua pendekatan logika intuitif irasional yang didasarkan atas pemahaman dari kekuatan intuisi profisional yang fleksibel.
Dalam kenyataannya dengan hanya mengacu satu pendekatan saja ternyata terbukti kurang memadai untuk menggerakan roda kewirausahaan. Kombinasi dari dua pendekatan inilah yang kemudian menjadikan model ideal bagi pendekatan ilmu kewirausahaan sehingga dapat menjawab dan menyesuaikan diri dengan pelbagai peluang bisnis dalam konteks dan relevansi bisnis .
Di tahun 1990-an ada fenomena positip di kalangan entrepeneurship dimana para wirausahawan mulai memperhatikan dengan jeli tatanan manajemen participatory dan emancipatory, kecenderungan ini tampak dengan munculnya kemitraan, kepedulian terhadap karyawan, pentingnya kepuasan pelanggan, lingkungan hidup disamping itu juga timbul gaya intrepreneurship yang menaruh perhatian pada mutu, waktu (time compression), penurunan biaya, dan upaya menghindari social cost dari operasi bisnis mereka. Dengan adanya fenomena positip itu timbul istilah entrapreneurship, ecopreneurship, ultrapreneurship dan collective entrepreneurship yang semuanya menunjukan suatu peningkatan nilai dari entrepreneurship.
Entrepreneurship biasa diterjemahkan dengan kata kewirausahaan . Dulu sering diterjemahkan dengan kata kewiraswastaan, yang mana terjemahan kewiraswastaan banyak dikritik oleh kalangan ahli. Karena: kejelian, kreativitas, pengambilan resiko, kekritisan tidak hanya menjadi milik orang swasta saja.
Entrepreneurship bisa muncul dikalangan koperasi yang biasa disebut kewirakoperasian, dipendidikan dise-but educationan entrepreneurship, bisa juga dikalangan pemerintahan government state enterprise entrepre-neurship, juga dalam sektor informal yang menyebut dirinya barefoot entreprenurship
Banyak buku kewirausahaan telah ditulis oleh berbagai pakar, tetapi untuk kepentingan perkuliahan diperguruan tinggi masih terasa kurang buku yang representatif. Pendapat yang mengatakan bahwa kewirausahaan tidak dapat diajarkan adalah pendapat yang keliru. Entrepreneur are not born-they develop (Hisrich-Peters 1995:13)
1. Inovasi (Innovation)
Menurut JA. Schumpeter innovator adalah seseorang yang mempunyai naluri untuk melihat benda khayal (visi) sedemikian rupa, yang kemudian terbukti kebenarannya, dan mempunyai rasa semangat sehingga dapat menalukkan kemalasan.
Menurut David Mc Clelland (The Achieving Society)
Inovator mempunyai Personal Attributes yang menyangkut aspek-aspek kepribadian seseorang berupa :
· Keinginan berprestasi yang tinggi
· Berani menanggung resiko.
· Budaya ingin jadi bos sendiri (sifat individualistis)
Dan Personal Environment menyang-kut hubungan dengan lingkungan berupa:
- Pendidikan ,
- Pengalaman.
- Peluang: Silikon Valley, Bali, Pangandaran, Jepara.Singapura, Taiwan
- Kreativitas
2. Situasi Pemicu (Triggering Event)
Faktor Personal Atribut mengapa seseorang berani terjun kedunia wirausaha adalah:
- Kurang puas dengan kondisinya sekarang
- Adanya PHK, dan tidak ada pekerjaan lain
- Faktor usia
- Keberanian menanggung resiko
- Minat yang tinggi terhadap bisnis
- Optimis
- Energik
Faktor Personal Lingkungan
- Terpaksa (persaingan hidup)
- Adanya sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan
- Mengikuti latihan-latihan atau inkubator bisnis
Faktor Sosial (Sociological) hubungan dengan masyarakat adalah
- Adanya relasi dan referensi
- Adanya kerjasama tim
- Adanya dorongan/bantuan dari orang tua, famili
- Adanya pengalaman dunia bisnis sebelumnya.
- Keadaan ekonomi
- Keadaan lapangan kerja dan sumberdaya yang tersedia
- Adanya tanggung jawab terhadap keluarga
- Kebijakan pemerintah
3. Proses Implementation (Penge-trapan/Pelaksanaan)
Faktor Personal Atribut yang mendorong seseorang melakukan proses ini adalah
- Adanya kesiapan mental
- Keyakinan adanya tangan kanan/pembantu utama
- Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis
- Adanya visi yang jauh kedepan guna mencapai keberhasilan
4. Pertumbuhan (Growth)
Faktor Lingkungan baik Personal maupun Sosial yang menimbulkan pertumbuhan adalah
- Adanya tim yang kompak
- Adanya strategi yang mantap dan budaya perusahaan yang sudah terbentuk
- Adanya produk yang dibang-gakan
- Adanya persaingan yang cukup menguntungkan
- Adanya pemasok /konsumen yang kontinu
- Adanya bantuan dari para investor, bank, leasing.
- Adanya sumber-sumber yang tersedia
- Adanya kebijakan pemerintah
1.3. Peluang Membuka Usaha Baru
Dalam membuka usaha baru banyak unsur ketidak pastian, baik ketidak pastian antara idée wirausaha dengan peluang juga ketidak pastian antara sumber daya dengan peluang juga ketidak pastian antara sumber daya dengan idée wirausaha.. Oleh sebab itu perlu disusun, kesesuaian dan kesenjangan yang ada (Fit dan Gaps). berupa teori SWOT oleh pengambil inisiatif jang sering disebut dengan Bisnis Plan sehingga ketiga komponen strategis ini dapat dipadukan menjadi suatu perencanaan strategis yang sempurna.
Menurut Bygrave (1944:11) So in entrepreneurship, just like any ather profession, luck is where preparation and opportunity meet. Jadi dalam kewirausahaan, seperti beberapa profesi lain: Nasib Baik adalah merupakan titik temu antara persiapan yang baik dan peluang
Sedangkan didalam agama merupakan titik temu antara “berusaha dan berdoa”
1.4. Sisi Terang dan Sisi Gelap Berwirausaha
Sisi Terangnya:
- Peluang mencapai tujuan sesuai dengan yang dikehendaki (menjadi bos).
- Peluang untuk menunjukan jati dirinya.
- Peluang untuk memperoleh keuntungan semaksimal mung-kin
- Peluang mengatasi pengang-guran serta dapat mengadakan kemitraan
- Peluang mendidik karyawan-nya untuk menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, dan tekun menghadapi pekerjaan
- Peluang menjadi tauladan bagi masyarakat, menghormati hu-kum dan peraturan, dapat membantu untuk pembangunan masyarakat.
- Peluang dekat dengan Tuhan.
- Peluang untuk hidup secara efisien , tidak boros
- Peluang untuk ikut dalam kebersihan lingkungan
Sisi Gelapnya:
- Pandangan negatif masyarakat terhadap profesi wirausaha (Pekerjaan apa yang paling baik ya Rasullah? “Seorang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih”)
- Mati hidup menjadi pegawai negeri
- Policy zero growth pemerintah kita dalam bidang kepegawaian
- Memperoleh pendapatan yang tidak pasti
- Bekerja keras dan waktu/jam kerjanya panjang
- Sebelum usahanya berhasil harus berhemat
- Tanggung jawabnya besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar